[simple_crumbs root="Home" /]
-->

Arti Panggilan: Follow Me (2)

Pengkhotbah: Pdt. Agus Marjanto, M.Th
Matius 4:18-22

Yesus Kristus menyusur danau Galilea dan melihat murid–murid-Nya. Pada waktu itu mereka belum menjadi murid, kemudian Yesus Kristus mengatakan, “Mari, ikutlah Aku (Follow Me), dan Aku akan menjadikan engkau menjadi penjala manusia.” Panggilan yang keluar dari mulut Tuhan sendiri. Mulut Tuhan yang suci, dan hati-Nya yang penuh dengan cinta kasih, dan kuasa-Nya yang menciptakan langit dan bumi, mulut-Nya yang sama yang mengatakan, “Jadilah terang.” Maka terang itu jadi. Maka Dia mengatakan, “Follow Me, Peter. Follow Me, John. Follow Me, Andrew.” Satu persatu “ikut Aku”. Maka perhatikan, kita sebagai orang Kristen dan khususnya orang–orang yang sudah dilahirbarukan, mari minta kepada Tuhan belajar untuk peka kepada suara Tuhan yang halus, yang lembut, yang lirih, tetapi suatu suara yang akan masuk ke dalam jiwa kita. Dan jikalau engkau membuka-Nya itu adalah suatu suara yang agung, dan jikalau engkau mengikuti-Nya itu akan mengubah hidup kita dari kegelapan menjadi terang, dari kehinaan menjadi kemuliaan. Sudah berapa banyak kita mendengarkan seluruh suara di dunia ini, tetapi kenapa suara Pencipta langit dan bumi, yang menciptakan kita, kita tidak dengar? Setiap hari kita mendengar begitu banyak suara yang mendesak kita, yang menghentikan kita, yang memanggil kita, seluruhnya kita dengar. Ada suara dari mobil, ada suara dari orang yang mendesak kita, mungkin dari bos kita di kantor, di rumah kita mendengar suara anak-anak dan lain-lain. Terhadap suara-suara tersebut kita begitu peka, begitu sadar dan langsung mendengarnya. Tetapi mengapa suara Tuhan kita tidak mendengar dan mengikuti-Nya? Mari kita belajar melembutkan hati kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Ketika saya melihat satu persatu, di antara seluruh pelayanan-Nya, seluruh mujizat-Nya, seluruh hal yang membuat kita itu terpaku, terpesona di dalam Alkitab, selalu ada suara lirih seperti ini, “Ikut Aku.” Sejak saat itu maka murid–murid Kristus melepaskan jalanya, keluar dari perahu, meninggalkan ayah dan ibunya, dan kemudian mengikuti Yesus Kristus. Ini adalah suatu suara untuk mengenal pribadi Kristus lebih dalam. Saudara tidak ditentukan hanya untuk pergi ke Surga, lahir baru lalu kemudian menikmati gereja hari Minggu lalu kemudian selesai. Kita ditentukan untuk makin mengenal Allah. Kita dipanggil untuk mengenal pribadi-Nya.

Sejak hari itu, seluruh murid-Nya, satu persatu, memperhatikan bagaimana pelayanan Kristus. Memperhatikan bagaimana prinsip–prinsip hidup Kristus. Memperhatikan ketika Dia melakukan mujizat. Suatu hari Yesus sedang tertidur di sebuah kapal bersama murid–murid-Nya dan angin bergelombang besar sekali dan malam yang pekat menakutkan, dan seluruh murid-Nya mengatakan, “Guru! Guru! Apakah Engkau tidak peduli kami ini binasa?” Kemudian Yesus Kristus terbangun dan kemudian dengan keanggunan-Nya Dia malah pergi ke tempat buritan dan kemudian Dia mengatakan kepada seluruh angin itu, “Diam!” Dan angin itu diam. Melihat peristiwa ini, murid-murid itu diam, ketakutan gemetar. Siapakah orang ini? Mereka belajar mengenal Kristus. Belajar mengenal pelayanan-Nya, belajar mengenal prinsip hidup-Nya, mengenal Dia melakukan mujizat, mengenal Dia di dalam emosi-Nya. Ketika Dia marah, ketika Bait Suci dipakai sebagai tempat berjualan, mengadakan seluruh transaksi ekonomi, ini persis seperti gereja masa kini. Gereja memakai nama Tuhan, tetapi seluruhnya transaksi bisnis. Gereja, memakai nama Tuhan, tetapi dari mimbar sampai seluruh jemaatnya isinya uang. Yesus marah sekali. Engkau jadikan tempat Bait Suci, tempat doa seluruh bangsa ini menjadi tempat berjualan. Maka Yesus marah, dan murid-Nya kemudian mengenal kemarahan-Nya.

Sebelum peristiwa Yesus Kristus membangkitkan Lazarus, Alkitab mengatakan Yesus Kristus masygul hati-Nya. Masygul hati-Nya ini adalah satu kata yang tajam sekali. Kata ini mau menyatakan ada sesuatu kemarahan, ketidaksabaran, kesedihan bercampur menjadi satu. Dan ketika Petrus, Yakobus dan Yohanes melihat itu, maka mereka mengerti isi hati Kristus. Follow Me maka engkau akan melihat bagaimana Aku melayani, melihat emosi-Ku, melihat cara kerja-Ku, melihat prinsip–prinsip-Ku. Follow Me, engkau melihat sukacita-Ku. Apa yang menjadi sukacita Kristus ketika Dia melayani? Suatu ketika pelayanan itu ditolak dan kemudian banyak orang murid–murid-Nya datang, “Guru, bahkan setan–setan pun takut kepada kami.” Yesus Kristus berkata, “Jangan engkau bersukacita karena setan itu takut, tetapi bersukacitalah karena namamu ada tertulis di dalam kerajaan Surga.” Lalu kemudian Dia menarik diri-Nya, Dia menengadah ke langit, dan mengatakan, “Aku bersyukur kepada-Mu Bapa di Surga karena Engkau sembunyikan kepada orang–orang besar tetapi Kau nyatakan kepada orang–orang yang kecil.” Saudara– saudara, itu adalah sukacita Kristus. Ketika Petrus mengikut Tuhan, dia melihat sukacita Kristus, melihat kesedihan dan ratapan Kristus. Kita harus makin mengenal Firman. Harus membaca Firman. Dan minta kepada Tuhan yang empu-Nya Firman, Tuhan yang adalah yang pencerah Firman ini untuk kita bisa mengerti-Nya, dan kita bisa mengenal Kristus yang kita sembah. Celakanya kita menjadi orang Kristen tetapi sama sekali tidak mengenal Kristus di dalam kehidupan kita. Kita berpikir kita adalah orang Kristen, tetapi tidak memiliki relasi yang intim dengan Kristus. Bahkan banyak dari kita yang menjadi hamba Tuhan, majelis, menjadi orang–orang yang menentukan arah gereja, tetapi seluruhnya bukan pikiran Kristus, bukan cara Kristus, bukan emosi Kristus yang melingkupi kita. Ini adalah sesuatu kebahayaan yang luar biasa. Tuhan meminta kepada kita, dari hamba Tuhan sampai seluruh jemaat, dari yang tertua sampai yang termuda, mendengarkan suara ini, “Follow Me”. Kita dipanggil untuk mengikut Kristus, untuk dibentuk oleh Kristus, untuk mengenal Dia secara intim, itu panggilan pertama.

Ketika kita makin lama makin intim, di dalam kedaulatan-Nya dan anugerah-Nya, Dia sendiri yang akan memakai kita. Jangan pernah berpikir aku mau dipakai sama Tuhan tanpa aku mengenal Tuhan. Aku mau untuk berjuang bagi Tuhan, untuk mempermuliakan Tuhan, tetapi menghindar dari seluruh bentukan yang Tuhan tetapkan di dalam hidup kita. Sekarang perhatikan apa yang Alkitab katakan berkenaan dengan panggilan yang lembut ini. Follow Me. Meskipun panggilan itu lembut, halus, dan sederhana, tetapi ini adalah panggilan yang hormat dan mulia karena yang memanggil adalah Allah yang mulia dan hormat. Kita jangan pernah berpikir bahwa Allah sedang memohon kepada kita. Ketika Allah mengatakan, “Follow Me” walaupun selembut apapun maka itu adalah sesuatu perintah. Follow Me itu adalah sesuatu ketetapan. Itu adalah sesuatu order, itu adalah sesuatu command, itu adalah sesuatu panggilan karena Dia itu Allah yang terhormat dan mulia. Jangan pernah berpikir ketika kita menolak-Nya tidak ada resiko yang kita harus tanggung. Dia adalah Allah yang menyatakan kalimat-Nya dan kalimat-Nya itu pasti jadi adanya. Banyak di antara kita yang berpikir bahwa Allah itu memanggil seakan–akan memohon. Dia adalah Allah dan kita itu adalah manusia. Jangan perlakukan Dia sama seperti manusia. Jangan perlakukan Dia sama seperti seseorang menelpon kita, saudara pikir saudara punya kebebasan untuk terima atau reject. Saudara, Dia adalah Allah kita. Dialah yang menciptakan kita. Kita adalah hamba–hamba-Nya. Kita diciptakan oleh Dia. Kalau Dia sudah berbicara kepada kita, jangan pernah berpikir kalau kita bisa menerimanya atau menolaknya. Aku boleh datang boleh tidak tanpa ada sesuatu resiko bagi jiwa kita. Terlalu banyak orang yang tidak mengerti prinsip ini, dia pikir Kristus itu adalah pembantu. Sama sekali tidak. Panggilan ini adalah panggilan yang harus diresponi. Dan kalau saudara dan saya tidak merespon, ada sesuatu resiko bagi jiwa kita. Mari kita lihat Matius 22:1-14: Yesus Kristus memanggil para murid-Nya, Yesus Kristus memanggil kita, ketika panggilan Allah yang begitu lembut, jangan berpikir bahwa itu adalah panggilan yang bisa kita hindarkan. Kita harus mengambil keputusan terhadap panggilan itu. Dan apapun saja keputusan itu, akan mengandung sesuatu resiko bagi jiwa kita.

Gereja yang sejati adalah gereja yang memanggil setiap jiwa yang sudah diciptakan oleh Allah untuk mendekat, untuk mengenal Allah. Jiwa tersebut tidak dipanggil untuk mendekat kepada hamba Tuhan atau kepada organisasi, tetapi jiwa tersebut dipanggil untuk mendekat dan mengenal pribadi Kristus. Terlalu banyak bahkan jemaat sendiripun tidak mengindahkan panggilan-Nya. Aku sibuk, aku punya urusanku sendiri, terlalu jauh. Setiap kali ketika kami mengadakan sesuatu program pembinaan, saya mau saudara mengerti, saya tidak pernah berpikir untuk saudara datang supaya gereja ini penuh, ini seluruh program pembinaan adalah panggilan untuk kita sendiri semakin mengenal Kristus melalui Firman. Bukan raja yang memanggil, raja mengutus orang-orangnya untuk memanggil orang-orang lain dan hamba-hambanya kemudian tidak diindahkannya. Kemudian hamba-hambanya sebagian dicemooh dan kemudian juga ada yang dibunuh. Nabi-nabi, rasul-rasul, gereja-gereja yang sejati menyatakan panggilan-panggilan itu dan panggilan-panggilan terdekat mengenal Kristus, dimuridkan oleh Kristus, dibentuk oleh Kristus, hidup berdedikasi bagi Kristus. Tetapi kita tidak, kita merasa satu kali seminggu ke gereja itu sudah cukup. Jangan perlakukan Tuhan seperti demikian, jangan kita tidak menghormati-Nya. Sekali lagi, panggilan itu adalah panggilan yang halus, tetapi hormat dan mulia. Ini bukan permohonan, ini adalah perintah, ini adalah ketetapan di dalam kedaulatan-Nya.

Hal yang kedua, panggilan ini adalah panggilan untuk meminta Allah diutamakan, diprioritaskan dan memberi satu-satunya di dalam hati kita. Ini adalah panggilan yang menjadi utama. Ketika Petrus, Andreas, Yohanes ada disana, Tuhan mengatakan, “Follow Me”, maka kemudian Alkitab mengatakan mereka meninggalkan semua. Saya tidak mengatakan bahwa kita meninggalkan seluruh pekerjaan lalu kemudian mengikut Kristus. Memang ada panggilan-panggilan khusus untuk menjadi hamba Tuhan, tetapi intinya adalah apakah di dalam hati kita sungguh-sungguh seluruh arah hati kita adalah follow Christ atau tidak, apakah sungguh-sungguh seluruh hidup kita itu bagi Kristus atau tidak. Perhatikan beberapa ayat Alkitab ini, kembali panggilan itu ada dan kembali panggilan itu ditolak oleh manusia dan lihat standar Kristus terhadap panggilan tersebut.

Mari kita lihat Matius 19:16-26. Seorang pemuda yang sangat saleh menurut ukuran agama, dan juga orang yang sangat kaya, dan ketika dia mencari Yesus, Alkitab mengatakan di dalam ketiga Injil sinoptik, kalau saudara-saudara gabungkan, dia lari dan kemudian dia mulai menyembah Yesus Kristus. Dan dia bertanya “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk aku bisa pergi ke surga?” Ketika Saya melihat ayat ini, orang muda, saleh, kaya dan kemudian berlari untuk bertemu Yesus. Saya langsung pikir ini adalah masa depan gereja, banyak anak muda tidak mau tahu tentang Tuhan, banyak anak muda malas-malasan. Anak muda ini kaya, dia kerja keras, bukan itu saja, orang muda ini orang saleh, jadi dia adalah orang aktif di gereja, tetapi mata Tuhan tidak bisa dikelabui, kalau kemudian setelah pembicaraan itu, maka Yesus tahu seluruhnya. Pemuda itu katakan telah menuruti hukum-hukum yang berkenaan dengan manusia, sekarang tentang hukum yang paling utama yaitu kasihilah Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap kekuatanmu, dengan segenap akal budimu. Yesus Kristus mengatakan jikalau engkau mau sempurna, maka hartamu yang banyak itu jual, berikan kepada orang miskin. Itu berarti lepaskan semua dan ikut Aku. Yesus tahu, satu hal yang tersembunyi di dalam hati orang muda ini, dia mau ikut Yesus tetapi ada tuan yang lain. Alkitab mengatakan engkau tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, apakah engkau harus mengabdi kepada Allah atau mammon, tidak bisa kedua-duanya. Maka orang muda ini, adalah orang muda yang kemudian Alkitab katakan begitu sedih hati, dia menangis tetapi tidak ada pertobatan. Dan apa yang saya mau katakan adalah, Yesus setelah itu membiarkan dia pergi dan tidak memanggilnya kembali. Kristus adalah satu pribadi Allah yang ketat, yang memiliki standar dan Dia tidak akan mundur setapakpun dari standar-Nya. Berikan semuanya kepada-Ku atau tidak sama sekali. Follow Me!

Ini adalah suatu prinsip Alkitab, banyak dari kita menipu diri kita sendiri. Aku orang Kristen, padahal di dalam hatimu, engkau tak pernah memberikan seluruhnya bagi Kristus.

Di tempat yang lain mari kita melihat Lukas 9:57-62, panggilan ini adalah panggilan yang lembut, panggilan ini adalah panggilan yang tidak memaksa, tetapi panggilan ini adalah panggilan yang urgent dan tidak mungkin tertolak, panggilan ini adalah panggilan yang mulia dan memiliki standar. Jangan pernah berpikir kita mengikuti Kristus, menjadi orang Kristen dengan pikiran kita sendiri, dengan standar kita sendiri, dengan nilai kita sendiri, kita mendefinisikan Kristen, kita mendefinisikan diri kita pengikut Kristus tanpa ada standar yang jelas. Ketika melihat panggilan di dalam Lukas 9:57-62 itu, orang ini baru saja ayahnya meninggal, lalu kemudian dia mengatakan ijinkan aku menguburkan ayahku. Apa yang lebih urgent di dalam hidup kita dibandingkan dengan kematian? Holiday bukan sesuatu yang urgent, saudara ada seminar bukan sesuatu yang urgent, saudara bisa planning itu beberapa tahun sebelumnya, beberapa bulan sebelumnya, sekolah anak bukan sesuatu yang urgent, saudara bisa planning itu beberapa bulan sebelumnya, tetapi kematian tidak ada yang bisa mem-planning itu bukan, dan begitu itu sudah datang, saudara akan melupakan apapun saja, saudara akan mempersiapkan untuk hal itu, saudara akan membeli petinya, saudara akan pergi ke tempat rumah duka, saudara akan memikirkan bagaiamana tata upacara pemakamannya, tidak ada yang bisa menghentikan untuk hal itu, tetapi Kristus pun mengatakan, bahkan itupun maka Aku harus menjadi yang lebih utama. Saudara-saudara, biarkan orang mati menguburkan orang mati, berarti engkau ikut Aku.

Hal yang lain adalah “aku mau pamitan dahulu”. Yesus Kristus mengatakan setiap orang yang siap untuk membajak dan menoleh ke belakang tidak layak bagi-Ku. Ini adalah suatu tuntutan tajam, keras, yang tidak kompromi dan tidak mau mundur. Saya tidak mengatakan bahwa ini adalah sesuatu hal yang sifatnya harafiah, yang paling penting adalah bagaimana hati kita. Suatu hari Elia memanggil Elisa dan Elisa pun minta ijin kepada Elia untuk pamitan kepada keluarganya dan itu diperbolehkan. Masalahnya adalah ini bukan harafiah tampak luar, sebenarnya adalah isi hati kita, apakah sungguh-sungguh memprioritaskan Kristus di dalam seluruh hidup kita atau tidak. Biarlah kita boleh jujur di dalam hidup kita. Jikalau Kristus bukan yang utama di dalam hati kita, tidak perlu saudara melakukan atraksi agama seperti ini. Saudara sedang action di hadapan Allah. Berikan hati kita seluruhnya atau tidak sama sekali. Jadikan Dia utama atau tidak sama sekali, itu adalah panggilan hidup. Apa bedanya antara satu kebangunan rohani yang Kristus itu nyatakan, dengan yang setan itu nyatakan. Setan selalu akan mengatakan jangan berikan semuanya, berikan sedikit saja. Setan mengatakan, berikan 3 detik saja dari waktumu untuk melihat video porno tidak akan mengubah apa-apa di dalam hidupmu, engkau akan menikmatinya. Tetapi lihatlah, seluruh keluarga Daud hancur berantakan karena dosa yang masuk karena sesuatu yang sedikit. Itu hebatnya setan, tetapi Tuhan tidak akan begitu. Tuhan akan mengatakan, berikan di depan seluruhnya. Kasih semuanya, prioritas, didepan, atau tidak sama sekali. Semuanya, seluruh hatimu, sepenuh hidupmu dan Aku menjadi satu-satunya yang prioritas dalam hidupmu atau tidak sama sekali.

Kiranya kita boleh mengerti sebenarnya apa yang menjadi standar dari tuntutan Alkitab ketika kita menjadi orang Kristen dan kita tidak bermimpi di siang hari bolong memikirkan, mendefinisikan kekristenan menurut cara pikir kita sendiri. Sekali lagi biarlah kita ingat akan dua hal, pertama itu adalah panggilan yang mulia dari Allah yang hormat yang harus kita hormati jikalau kita menolaknya, jangan berpikir tidak ada resikonya dan yang kedua itu adalah sesuatu panggilan yang standar yang meminta Dia menjadi prioritas satu-satunya tertinggi, semuanya di dalam hati kita atau tidak sama sekali.

^