[simple_crumbs root="Home" /]
-->

Ujian, Pencobaan dan Kemenangan (14)

Pengkhotbah: Pdt. Agus Marjanto, M.Th
Matius 4:8-11 & Lukas 4:13

Salib merupakan satu hal yang setan mau hindarkan di dalam diri Yesus Kristus. Salib adalah sesuatu yang Yesus sendiri sebenarnya tidak inginkan karena salib artinya Allah Bapa menyingkirkan muka-Nya dan menimpakan seluruh murka-Nya kepada Allah Anak. Dia sendiri berdoa mengutarakan isi hati-Nya di dalam kesendiriannya bahwa kalau mungkin cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi jikalau tidak mungkin biar kehendak-Mu saja yang jadi. Tetapi adalah jelas, di dalam paktum salutis, di dalam covenant of redemption antara Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus di dalam kekekalan, maka tidak ada penebusan tanpa ada jalan salib, tidak ada pelayanan tanpa jalan salib, tidak ada kemuliaan yang bisa dibuat oleh manusia tanpa mengikuti jalan salib dari Yesus Kristus. Maka di sini di dalam pencobaan ketiga, Yesus mengajarkan kepada kita bagaimana kita bisa menyangkal diri. Dia menyangkal diri-Nya, Dia memikul salib-Nya, Dia mengatakan kepada setan enyah engkau setan, karena hanya kepada Allah saja engkau harus berbakti. Tidak ada kemuliaan bagi Allah kalau Anak Allah tidak dimuliakan. Allah oknum pertama dimuliakan jika dan hanya jika Allah oknum kedua dipermuliakan dan Allah oknum kedua dipermuliakan jika dan hanya jika harus melalui jalan salib. Ini sesuatu yang tidak terhindarkan, sesuatu tipuan dari setan jika kita menjadi pengikut Kristus tanpa jalan salib. Adalah isi hati Kristus sendiri untuk kita boleh mengabarkan injil dan melakukan misi di tengah-tengah dunia, tetapi, tanpa berita salib dan tanpa jalan salib itu adalah penipuan dan tidak ada dampaknya di dalam hidup manusia. Biarlah ini menjadi pelajaran bagi kita, biarlah kita boleh mendidik diri kita, tidak menipu diri, dan sungguh-sungguh kembali kepada Alkitab. Tanpa berita salib itu bukan kekristenan sama sekali. Kekristenan yang sejati adalah sangkal diri dan pikul salib.

Salib adalah beban, kesulitan, jalan hidup, sesuatu penderitaan yang diberikan Allah, agar kita dibentuk menjadi serupa Kristus dan melaluinya nama Kristus dikenal. Salib adalah sesuatu hidup yang dikosongkan agar kehendak Kristus terjadi di dalam hidup kita dan melalui hidup kita. Ada 4 hal bagaimana sikap hati kita di dalam hal ini.

  1. Menyadari bahwa kita sangat lemah dan musuh sangat kuat untuk menyingkirkan kita dari jalan salib Tuhan.
    Lihat Lukas 22:31-34. Pada waktu perjamuan malam, Yesus mengatakan bahwa Dia akan diserahkan kepada pemimpin-pemimpin agama, Dia akan menerima jalan salib, Dia akan masuk di dalam penganiyaan yang luar biasa besar. Kemudian Petrus, yang adalah pemimpin dari seluruh murid, mengatakan walau semua murid pergi karena imannya tergoncang, maka ia tidak akan pergi. Petrus mengatakan dia berani mati dan mau masuk dalam penjara untuk Yesus. Oswald Chambers menyatakan Petrus jujur dan Petrus penuh dengan gagah berani tetapi dia naïf, dia bodoh. Kalau kita membaca seluruh dunia ini dari kacamata Alkitab, maka Tuhan sebenarnya memberikan kepada kita satu rahasia yaitu kita adalah makhluk yang sangat lemah dan setan adalah makhluk yang sangat kuat. Petrus adalah murid yang dipanggil sendiri oleh Yesus Kristus. Petrus melihat Yesus menyembuhkan, berjalan di atas air, Petrus sendiri bahkan berjalan di atas air, bukankah dia sendiri yang melihat bagaimana seorang anak dibangkitkan, dia sendiri dari tiga murid yang melihat transfigurasi Tuhan Yesus Kristus, tetapi seluruhnya itu menjadi seakan-akan tidak berguna sekarang, sekarang tidak kuat begitu dilawan oleh setan. Seharusnya bukankah dia berjalan mengikut Yesus di mana dia itu berada. Yesus sendiri menyatakan di mana aku berada maka pelayanku itu harus berada tetapi ketika dia mau menjalani jalan salib itu, jalan mengikut Yesus Kristus maka ketika dia sudah sampai titik tertentu, dia tidak kuat.

    Tetapi ada satu anugerah Tuhan yang Tuhan beritakan kepada kita di sini, yaitu Tuhan mengatakan “Aku sudah berdoa supaya imanmu tidak gugur” Hati saya hancur dan dalam doa saya, saya bicara kepada Tuhan, “Tuhan aku ingin mengenal Engkau tetapi terlebih lagi kenallah aku, ingatlah aku, berdoalah untuk aku Tuhan”. Janganlah kita sombong, kita ada sekarang itu hanya karena anugerah Tuhan. Kita harus terus menerus menyadari satu hal bahwa kita itu tidak mampu, orang yang tidak mampu adalah orang yang terus mencari wajah Tuhan minta belas kasihan Tuhan. Kalau kita menyadari betapa miskinnya jiwa kita dan begitu kuatnya musuh, maka kita terus menerus meratap karena salib itu harus kita pikul setiap hari, Tuhan tolong daku, Tuhan beri anugerah-Mu, ingat aku di dalam doa-Mu. Saya melihat sesuatu keindahan, karena pada hari ini Yesus itu duduk di sebelah kanan Allah Bapa, Dia tidak sedang bersantai, Dia melakukan doa syafaat terus menerus. Ada 2 pribadi Allah yang berdoa syafaat bagi kita yaitu pertama adalah pribadi Allah oknum kedua yang menjadi perantara dan pendoa syafaat terus menerus dan yang kedua adalah Roh Kudus yang di dalam diri kita yang berdoa dengan kalimat-kalimat yang kita sendiri mungkin tidak mengertinya untuk dia itu berbicara meminta kekuatan di dalam hidup kita.

  2. Belajar memiliki satu arah hati hanya kepada Tuhan saja.
    Tidak kompromi dan memiliki kesetiaan (Fidelity). Fide atau faith itu artinya satu arah hati tidak bercabang. Orang yang mendua hatinya tidak akan mendapatkan apapun saja dari Tuhan, bahkan ia tidak akan mendapatkan pengertian sedikitpun berkenaan dengan kehendak Allah di dalam hidupnya. Prinsip untuk mengerti kehendak Tuhan adalah tidak boleh mendua hati, harus meletakkan seluruh hidup, seluruh hatimu untuk mau tahu kehendak Tuhan. Sama halnya dengan memikul salib kita setiap hari berarti belajar memiliki satu arah hati hanya kepada Tuhan saja.

    Di dalam tiga peristiwa setan mencobai Yesus Kristus, saudara bisa melihat prinsip-prinsipnya. Pencobaan pertama maka setan mengatakan ubah batu menjadi roti, Yesus tidak mau. Itu artinya Dia mau terus menerus bergantung kepada Firman, bukan bergantung kepada dunia. Pencobaan kedua maka Dia dibawa ke bumbungan bait suci, loncatkan dirimu, tetapi Yesus mengatakan tidak. Ini adalah bicara berkenaan dengan ketaatan, jangan engkau mencobai Tuhan Allahmu. Orang yang taat, orang yang tidak mencobai Tuhan. Orang yang mencobai Tuhan orang yang memberontak kepada Tuhan, bersungut-sungut seperti Israel dipadang gurun. Pencobaan ketiga, setan mengatakan, “aku akan berikan seluruhnya”, tetapi Yesus mengatakan, “Enyahlah engkau! Hanya kepada Tuhan saja engkau harus berbakti” ini berarti setia hanya kepada Dia.

    Perhatikan baik-baik, point kedua ini yaitu kita harus memiliki satu arah hati, setia kepada Tuhan dan tidak berkompromi. Setelah Yesus dicobai yang ketiga, setan mundur untuk menunggu waktu yang tepat yaitu ketika Yesus Kristus mau pergi ke Yerusalem dan Yesus mengatakan kepada seluruh murid-Nya, “Anak manusia akan disesah sebentar lagi, akan mengalami jalan aniaya”. Lalu Petrus membawa Yesus ke samping mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi pada Yesus. Lalu Yesus mengatakan kalimat yang sama persis seperti pencobaan yang ketiga, “Enyah engkau setan!” Perhatikan baik-baik mengapa satu arah hati, adalah karena di dalam menjalani salib ada kesulitan yang lain yaitu orang yang paling dekat dengan kita. Yesus Kristus sendiri pernah menyatakan ayat-ayat ini, lihat Matius 10: 34-38, Matius 16:23. Perhatikan, selama 3,5 tahun Yesus Kristus hidup bersama Petrus, mengajarkan seluruh jalan-Nya kepada Petrus, Dia menyatakan isi hatinya kepada seluruh murid-Nya dan di antara 12 murid itu yang menjadi soko guru jemaat dan 12 murid yang menjadi pilar seluruh bangunan gereja sampai di dalam kekekalan sampai bumi ini berhenti berputar, dan dari 12 murid itu yang paling atas adalah Petrus. Yang paling atas, yang paling dekat dengan Kristus, yang paling dipakai oleh setan. Betapa sakitnya hati Yesus Kristus, betapa Dia merasa satu kesendirian, orang yang paling dekat dengan Dia pun tidak bisa mengerti-Nya. Kalau saudara sudah bicara berkenaan dengan salib, saudara perhatikan dengan baik-baik orang yang paling dekat dengan kitapun tak akan mengerti. Ini adalah sesuatu keterpecahan yang luar biasa, tetapi Yesus menawarkan damai sejahtera. Damai sejahtera dan kesukacitaan yang Tuhan tawarkan berbeda dengan yang dunia tawarkan.

    Aplikasi dari prinsip ini adalah, suami jangan menjadi penghalang isteri, isteri jangan menjadi penghalang suami, anak-anak jangan menjadi penghalang orang tua, dan orang tua jangan menjadi penghalang anak-anak mereka, ingat kita masing-masing secara pribadi eksistensial kita dibeli oleh Kristus. Seluruh keluarga kita itu bukan milik kita. Mereka adalah milik Kristus yang saat ini untuk sementara dititipkan kepada kita.

    Sudah terlalu banyak kita mendukakan hati Tuhan, sudah berapa banyak isteri yang berusaha untuk terus menarik suaminya untuk tidak hidup bagi Tuhan. Berapa banyak suami yang terus tarik isterinya untuk tidak hidup bagi Tuhan. Saudara nanti akan berurusan dengan Tuhan sendiri, jangan engkau berpikir sudah menikahi seseorang, itu menjadi milikmu, tidak! Sebaliknya kalau saudara menyerahkan seluruh keluarga didedikasikan hidup bagi Kristus, keluarga saudara akan mengalami sukacita yang luar biasa besarnya.

    Di dalam hal ini, perhatikan bagaimana Yesus Kristus menjawab Petrus, tidak ada diskusi, “enyah engkau Setan! Ini adalah satu titik krusial, yang saudara harus mengerti kapan Yesus Kristus itu tidak lagi ada diskusi. Sampai di titik ini, persis seperti ketika Yesus Kristus bicara kepada Pontius Pilatus: “Aku datang, kerajaan-Ku bukan dari dunia ini, Aku datang menyatakan kebenaran”. Lalu Pontius Pilatus mengatakan: Apakah itu kebenaran? Sampai di situ, kalau dia sudah tidak mengakui adanya satu kebenaran yang bisa ditemukan di dunia ini, Yesus langsung diam. Banyak orang tidak tahu bagaimana bersikap. Saudara boleh debat apapun saja kalo sudah sampai orang itu mengatakan: Apa itu kebenaran? Saudara tidak usah debat lagi, Yesus pun tidak debat. Apakah engkau berpikir dengan berdebat bisa memenangkan jiwanya? Tidak perlu bicara lagi, lihat kapan Anak Allah itu diam.

    Tetapi ketika Yesus menjawab Petrus berbicara tidak seperti itu, “enyah! Tidak ada diskusi lagi. Maka kita harus mendidik diri kita, ini tidak mudah. Alkitab mengatakan, jangan berdiskusi kalau urusan dengan panggilan bahkan dengan isteri atau suami mu. Ini adalah sesuatu panggilan Allah di dalam hidup kita, saya harus taat. Itulah sebabnya banyak orang dipanggil oleh Tuhan untuk menjalani jalan salib, mengikut Tuhan menjadi hamba Tuhan, lepaskan semuanya. Yesus Kristus mengatakan, “seorang yang mau membajak lalu kemudian berpaling kebelakang, dia tidak layak bagi-Ku”.

    Hal-hal ini keras sekali. Yesus begitu sabar, murah hati, tekun mendidik tetapi kalau sudah berbicara mengenai salib, Dia diam, enyahlah engkau. Tidak perlu berdiskusi, karena makin berdiskusi hati kita makin lemah, makin diskusi kita sendiri makin sakit.

    Di dalam satu ayat Alkitab di Perjanjian Lama, ada satu tafsiran yang pernah dikotbahkan oleh seorang mengenai Abraham. Ketika Tuhan meminta Abraham untuk mempersembahkan anaknya di gunung, ia mentaatinya. Tidak ada di dalam bagian ini bicara mengenai Sara. Jika Abraham mendiskusikan terlebih dahulu salibnya dengan istrinya, Sara, mengenai persembahan anaknya itu, maka hari ini tidak ada Abraham bapa orang beriman. Ada hal-hal yang tidak perlu bicara kepada isteri, ada hal-hal yang tidak perlu bicarakan dengan isteri. Kalau itu dosa yah bicara, kalau itu salib, saudara lawan. Salib saudara harus jalani sendiri, itu sulit tetapi itu yang Tuhan nyatakan. Yesus Kristus mengajarkan satu arah hati, karena begitu mendua, kita akan mengalami kesulitan untuk memikul salib.

  3. Lembut hati.
    Marilah kita belajar rela pikul salib. Hanya ada dua benda yang di dalam Alkitab yang Yesus katakan kepada kita untuk kita pikul. Pertama, pikullah kuk yang kupasang, kuk itu lambang kerja keras. Kedua pikullah salibmu, itu adalah lambang kematian. Pikul kuk dan pikul salib. Jikalau kita tidak rela maka bebannya besar luar biasa, tetapi Yesus mengajarkan kepada kita dua-duanya itu menjadi sesuatu yang ringan. “Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah dari pada-Ku beban itu ringan”, Tidak ada kuk yang ringan. Tidak ada salib yang menyenangkan. Tetapi keduanya bisa ringan dan membahagiakan jikalau hati kita rela dan kerelaan itu dari kelembutan hati.

    Joni Eareckson Tada, adalah seorang tunadaksa (quadriplegic). Suatu hari ia melompat masuk ke dalam air, kepalanya terantuk batu di dasar air yang ternyata dangkal. Seketika itu juga seluruh tubuhnya mati rasa. Ia mederita kerusakan permanen pada tulang belakangnya. Beberapa kali Joni menghadiri kebaktian penyembuhan, tetapi ketika pulang dari kebaktian itu ia tetap di menggunakan kursi roda. Orang-orang mengatakan orang ini tidak beriman, karena ia tidak disembuhkan oleh Tuhan. Tetapi Joni Eareckson Tada sekarang dipakai oleh Tuhan keliling di mana-mana untuk menyatakan bahwa orang-orang cacat itu disayangi oleh Tuhan, dia dipakai oleh Tuhan di dalam penderitaan. Di dalam bukunya, Joni membicarakan berkenaan tentang kelembutan hati untuk rela memikul salib. Dia mengatakan bahwa gambaran lembut hati yang dipakai oleh Alkitab aslinya adalah tentara Romawi atau Yunani pada waktu itu yang berusaha untuk menaklukkan seekor kuda di hutan, untuk dipakai menjadi alat kerajaannya, semakin kuda itu liar, semakin punya kekuatan yang besar nanti di dalam pertarungan. Sebelum dipakai oleh tuannya di dalam pertarungan yang besar, maka tuannya harus bisa menaklukkan kuda itu dan kuda itu takluk, itu lembut hati. Sepanjang kuda itu tidak mau taat, sepanjang itu pula dia tidak bisa dipakai oleh tuannya. Tetapi kalau kuda itu mau takluk, mau menerima pimpinannya, agar kemudian dikeluarkan dari hutan, dilatih, dan dibentuk, kuda itu akan menjadi kuda perang yang akan memenangkan pertandingan. Kiranya kita berdoa minta agar Tuhan memberikan kelembutan hati sehingga kita rela.

    Alkitab menyatakan rahasia rohani bagaimana kelembutan hati itu muncul.

    a. Melihat Kristus menanggung salib lebih daripada kita. Lihat Ibrani 12:1-4. Jadi kelembutan dan kerelaan muncul karena mata yang melihat kepada Kristus yang memimpin kita dalam iman, membawa iman itu kepada kesempurnaan yang dengan mengabaikan kehinaan, tekun memikul salib. Jangan melihat orang lain. Bagi kita yang memikul salib, biarlah kita boleh belajar mengenal Kristus, baca Firman dan minta anugerah Tuhan untuk kita boleh memandang Kristus secara mata rohani, itu membuat kita lembut hati.

    b. Karena Allah itu setia kepada kita. Ada satu kalimat dalam Mazmur bahwa orang-orang yang sudah lanjut usianya pun akan menyatakan bahwa Dia, Allah yang setia dan tidak ada kecurangan dari pada-Nya. Maka kesetiaan Allah itu membuat kita rela. Allah itu setia, Allah tidak pernah hutang. Setan tidak pernah dagang rugi, Allah itu tidak pernah hutang. Kalau engkau sekarang ada sulit, ada air mata, jalani dengan rela, engkau akan lihat, akan adanya kemuliaan dan Dia akan memberikan berkat demi berkat didalam salib yang kita tanggung.

    c. Dengan mengingat bahwa Dia mengerjakan segala sesuatu untuk kebaikan kita (Roma 8:28). Ini menjadi suatu ayat penghiburan bagi kita sejatuh apapun kita dalam dosa. Kalau saudara kemudian bertobat, saudara baca ayat ini. Perhatikan baik-baik, salib itu adalah cara Allah membentuk hidup kita untuk kita hidup serupa dengan Kristus. Banyak orang menjadi Kristen, bahkan aktif di gereja tetapi tidak mau menjadi orang Kristen yang sejati dan orang Kristen yang sejati adalah orang yang berani pikul salib. Orang pikul salib itu adalah orang yang dibentuk rela untuk menjadi serupa Kristus. Tujuan Allah kepada kita, Dia membenarkan kita. Tujuan Allah menebus kita bukan membawa kita pergi ke surga saja, tujuan Allah membentuk hidup kita, menebus hidup kita, membeli hidup kita adalah untuk kita serupa dengan Kristus didunia ini.

    Biar kita boleh mengerti, kelembutan itu muncul karena tiga hal, pertama melihat Yesus Kristus yang tekun memikul salib, kedua ingat bahwa Allah itu setia adanya, ketiga bahwa apa yang Dia berikan kepada kita adalah untuk kebaikan kita.

  4. Dari kerelaan itu akan muncul sukacita karena melihat kemuliaan dari salib.
    Sukacita ini tak akan muncul sebelum kita rela, tetapi begitu rela maka akan ada sukacita yang besar, karena melihat kemuliaan salib. Salib itu bukan lagi menjadi tanggungan berat saja, salib itu menjadi privilege, hak istimewa. Orang Kristen yang benar adalah orang Kristen yang menjalani jalan salib dengan senyum dan memuji Tuhan. Ini rahasia yang besar sekali. Lihat Kolose 1:24, “aku bersukacita karena aku menderita”, ini bukan orang Asketisme yang suka menoreh-noreh, membuat derita pada tubuh, lalu kemudian mengasihani diri. Sekarang saudara-saudara, “aku boleh menggenapkan apa yang dalam dagingku, apa yang kurang pada penderitaan Kristus”. Perhatikan baik-baik, penderitaan Kristus secara substansi, secara kualitas tidak kurang, penderitaan Kristus secara hakekat, ontological itu cukup untuk meredakan murka Allah, itu cukup untuk menebus kita dari dosa. Yang kurang adalah penderitaan Kristus itu kurang dikenal bagi seluruh dunia. Dia mati di Yerusalem, 2000 tahun yang lalu, bagaimana mungkin Dia dikenal sampai saat ini di seluruh dunia? Perhatikan baik-baik, Injil itu berjalan ke seluruh dunia dari jaman ke jaman dengan cara seperti ini, orang-orang itu pergi memikul salib dan kemudian memberitakan Firman dan hidup sesungguhnya bagi Allah, di dalam sakit penyakit, kesulitan, aniaya mereka memuji Tuhan, sampai kemudian seluruh mata orang-orang di sekitarnya bertanya kepada mereka, siapa yang engkau percaya ini? Kenapa engkau mau mati bagi Dia? Berapakah mulianya orang seperti ini? Siapa Dia sehingga seluruh hidupmu itu memiliki kekuatan untuk bersukacita memuji Allah, ketika engkau menderita? Aku mau tahu siapa Dia! Dan dengan itulah seluruh Injil itu pergi ke seluruh dunia, dan genapkan apa yang kurang pada penderitaan Kristus.

    Perhatikan baik-baik, salib adalah metode Allah di dalam meluaskan kerajaan-Nya di bumi ini. Itu adalah privilege. Jikalau kita berada dalam kesulitan, asal itu bukan karena dosa, tetapi kesulitan yang Tuhan ijinkan dan kemudian kita rela taat dan minta kekuatan setiap hari, mengubah kesulitan itu akhirnya menjadi puji-pujian bagi nama-Nya, orang akan melihat saudara dan orang akan bertanya apa yang menjadi kekuatanmu? Siapakah Dia sehingga engkau itu mau menyerahkan seluruh hidup, masa depan dan segala yang engkau miiki bagi Dia? Apakah Dia itu sungguh-sungguh mulia? Orang akan tergerak di dalam hatinya. Paulus mengatakan sekarang aku boleh bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. Belajarlah bersyukur ketika berada dalam kesulitan hidup, belajarlah berterima kasih ketika kita berada di dalam air mata. Bersyukur kepada Tuhan untuk semuanya bahkan karena Tuhan sedang membentuk kita dengan salib yang diletakkan untuk nama-Nya dipermuliakan. Itulah sukacita dipakai oleh Tuhan, dipakai untuk kemuliaan Tuhan, untuk kehendak-Nya jadi dan nama-Nya dipermuliakan. Kiranya Tuhan memimpin hidup kita, kiranya Tuhan boleh memberikan semakin dalam pengertian salib, dan kerelaan kita untuk memikul salib-Nya.

Ujian, Pencobaan dan Kemenangan (13)

Pengkhotbah: Pdt. Agus Marjanto, M.Th
Matius 4:8-10 & Lukas 9:22-23

Kita sudah beberapa kali bicara berkenaan dengan temptation of Jesus Christ. Perhatikan, dari pencobaan pertama, kedua dan ketiga, setan menembus jantung dari pada Anak Allah. Ini adalah peperangan rohani yang besar sekali. Setan berusaha untuk menaklukkan Kristus di dalam hal ini. Setan menawarkan satu kemuliaan bagi Kristus Yesus tanpa salib. Bukankah itu satu pencobaan real bagi kita semua? Jikalau kita sudah lahir baru, kita makin bertumbuh secara rohani, ada satu keinginan di dalam hati kita yang tidak terkatakan, dan keinginan itu makin lama makin kuat, yaitu kita ingin hidup kita yang cuma satu kali itu mempermuliakan Bapa di Sorga. What is the chief end of man? To glorify God. Tetapi di dalam seluruh hidup kita, apa yang kita itu ingin hindari? Satu hal, yaitu salib. Lihatlah betapa setan berhasil menjebak kita semua di dalam temptation ketiga ini. Kita tertipu dengan satu pikiran bahwa kita sedang memuliakan Tuhan dan kita dapat memuliakan Tuhan tanpa salib. Jawabannya adalah tidak pernah. Alkitab menyatakan: “Bapa dipermuliakan jika dan hanya jika Anak dipermuliakan”. Anak dipermuliakan jika dan hanya jika Dia menjalani jalan salib. Hal ini juga menjadi dasar daripada seluruh kehidupan kita untuk mempermuliakan Bapa di Sorga. Kita akan mempermuliakan Bapa di Sorga jika dan hanya jika kita menjalani jalan salib.

Dalam Yohanes 12:20-36, saudara akan menemukan: relasi antara kemuliaan Kristus dengan mati di atas kayu salib, dan kemudian relasi antara kemuliaan Kristus dengan kemuliaan Bapa di Sorga, dan kemudian ini juga menjelaskan bagaimana seharusnya kita hidup mengikut Kristus untuk mempermuliakan Bapa di Sorga.

  1. Lihat apa relasi antara kemuliaan Kristus dengan mati di atas kayu salib. Perhatikan ayat 23, begitu Dia bicara Anak Manusia dimuliakan, Dia langsung menggabungkannya dengan kematian. Ayat 24-25, ketika Anak Manusia menyatakan bahwa telah tiba saatnya Anak Manusia itu dimuliakan, Dia memberikan satu definisi, Kemuliaan Anak Manusia adalah ketika Dia menanggung apa yang menjadi kehendak Allah bagi Dia, yaitu salib. Perhatikan ayat 27, 32-33. Ini pasal yang penting sekali, satu ayat kunci, menggabungkan antara kemuliaan Anak Allah, kemuliaan Anak Manusia, yaitu Yesus Kristus dengan salib.
  2. Apa relasi kemuliaan Kristus dengan kemuliaan Bapa? Dia menyatakannya di ayat 28. Ayat ini berbicara mengenai bahwa telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Perhatikan, Bapa dipermuliakan, jika dan hanya jika Anak Manusia dipermuliakan dan Anak Manusia itu dipermuliakan, jika dan hanya jika Dia menjalani jalan salib.
  3. Dan kemudian apa yang Tuhan inginkan bagi kita semua. Perhatikan ayat 26. Banyak orang melayani karena ada waktu sisa untuk dia melayani. Banyak orang memberi karena dari kelimpahannya dia memberi. Tidak ada satu perasaaan korban atau sakit di dalamnya. Satu hal yang saya paling takuti di dalam hidup saya adalah saya itu melayani, tetapi Tuhan menyatakan engkau tidak melayani Aku, engkau melayani dirimu sendiri. Menakutkan! Aku melayani tanpa salib. Aku melayani tanpa kehendak Allah di dalam hidupku. Alkitab dengan jelas menyatakan untuk the glory of God, untuk memuliakan Bapa di Sorga, maka ada the glory of Son, Anak Manusia itu akan dimuliakan, tetapi harus dengan salib. Ini bukan satu berita yang menyenangkan, tetapi ini adalah sesuatu kebenaran. Apakah kita mencintai suffering? Jawabannya adalah tidak. Tetapi ini adalah Firman Allah yang harus dinyatakan.

Yesus mengatakan, “Kalau engkau mau menjadi murid-Ku, engkau harus menyangkal dirimu, memikul salibmu setiap hari.” Jelas bahwa Bapa di Sorga akan dipermuliakan jika dan hanya jika Anak dipermuliakan dan Anak dipermuliakan jika dan hanya jika harus melalui salib. Yesus Kristus mengatakan salib itu bukan sesuatu yang Dia pikul sendiri. Dia mau untuk seluruh pengikutnya mengikut Dia. Kehidupan Kristen itu adalah kehidupan yang memikul salib setiap hari, mungkin penuh dengan air mata tetapi ada kekuatan dan anugerah dan sukacita dari Tuhan sampai mati, dan itu adalah kemenangan. Salib Kristus adalah tempat di mana Kristus mati menggenapi kehendak Bapa yang melaluinya kita dilepaskan dari tuntutan kematian karena murka Allah, yang melaluinya kita mendapatkan hidup yang baru dan hidup yang baru itu adalah hidup yang dibenarkan dan hidup yang terjadinya proses pengudusan sampai kita bertemu dengan Tuhan. Kita mengerti, kita bisa mendefinisikan salib Kristus. Dan Kristus menyatakan dengan salib yang Dia tanggung, maka kita dibebaskan dari neraka, tetapi Alkitab juga menyatakan dengan salib yang Kristus tanggung, kita bukan saja dibebaskan dari neraka tetapi itu juga berarti kita diminta memikul salib kita setiap hari.

Lalu kemudian bagaimana kita bisa mendifinisikan salib kita? Apa bentuknya? Ini adalah satu kata yang seakan-akan kita mengerti tetapi begitu kita pikirkan, kita makin lama makin memikirkan kata ini begitu luas dan sulit untuk didefinisikan. Sama seperti mendefinisikan kasih. Orang mengkaitkan kasih dengan feeling atau afeksi yang dalam tetapi tetap tidak bisa mendefinisikannya. Sampai saya menemukan karena God is love. Kalau saya mau mendefinisikan kasih, maka itu artinya saya bisa menjabarkan dan mendefinisikan Tuhan itu siapa. 1 Korintus 13 berbicara mengenai kasih itu panjang sabar, kasih itu tidak mencari keuntungan lalu kemudian di bawahnya dan kasih itu tetap untuk selama-lamanya. Kasih itu tidak berkesudahan. Itu berarti menyangkut eternity. Itu menyangkut karakter. Itu bukan hanya feeling. Itu menyangkut kebenaran, kesucian, semuanya. Kalau engkau mau tahu kasih, engkau tidak bisa mendefinisikannya, tetapi engkau bisa mengenal Kasih, maka lihatlah Yesus Kristus. God is love. Ketika Yesus mengajar, itu kasih. Ketika Dia menyembuhkan, itu kasih. Ketika Dia itu menyerang dosa, itu kasih. Ketika Dia menghardik orang Farisi, ahli taurat dengan kalimat yang begitu tajam, itu kasih. Kita selalu salah, kalau ada orang memberikan senyumannya, itu kasih. Kalau menghardik tajam, bahkan mengatakan engkau munafik, itu bukan kasih. Kristus adalah penjelmaan dari kasih Allah. Dia adalah pribadi kasih yang pergi kemana-mana.

Sekarang balik lagi kepada salib. Kita bisa mendefinisikan salib Kristus tetapi apakah salib kita? Ini adalah sesuatu yang sulit untuk didefinisikan, tapi ini adalah sesuatu kehidupan yang harus kita jalani. Saya akan memberikan beberapa pendekatan.

  1. Salib kita itu bukan karena dosa.
    Segala penderitaan, ketidaknyamanan, sesuatu hal karena dosa atau akibat pilihan hidup yang bodoh, itu bukan salib. Saya harus mengatakan hal ini karena banyak orang mengatakan hal-hal yang salah mengenai salib. Ada orang itu berani mengatakan suamiku itu salibku. Itu adalah karena saudara salah menikah. Kehidupan yang kita derita karena dosa, karena akibat pilihan hidup yang bodoh, bukan salib. Jikalau Saudara tidak mendidik anak, tidak mengajarkan anak menjadi orang yang bertanggung jawab, jujur, dan tidak mengajarkan anak dengan sungguh-sungguh sepenuh hati untuk takut kepada Tuhan meskipun kita tidak tahu hasil akhirnya seperti apa karena itu adalah kedaulatan Allah. Jikalau Saudara tidak mengeluarkan air mata untuk itu, tidak mau untuk ambil waktu untuk itu, menjadikan anak itu kemudian bukan saja rebel kepada saudara, tetapi juga kepada kebenaran, maka anak itu menjadi orang yang hidup seenak-enaknya, susah sedikit langsung menangis, tidak mau kerja keras, tidak mau berjuang, tidak mau bersungguh-sungguh bagi hidupnya, dan kemudian menjadi beban seumur hidup di masa tua saudara. Saudara jangan mengatakan itu salib! Itu adalah kebodohan, dan dosa kita sendiri. Banyak orang melakukan free sex lalu kemudian ada AIDS, hamil di luar nikah, lalu kemudian mengatakan: ‘Anak ini salib yang Tuhan itu berikan.’ Tidak ada! Jangan merohanikan sesuatu yang dosa! Itu adalah kebodohan mereka sendiri. Tetapi adalah benar jikalau kita yang sudah jatuh di dalam kesalahan dan dosa seperti ini, kemudian kita bertobat, kita kembali ke jalan Tuhan, maka uniknya, Alkitab dengan jelas menyatakan itu ada sebuah rest yang engkau akan dapatkan di dalam jiwamu dan all things work together, segala sesuatu bekerja bersama-sama dengan kemudian engkau rela jalani dan engkau akan melihat bahwa kesulitan itu, penderitaan yang tadinya adalah karena dosa; Tuhan bisa ubah untuk menjadikan salib yang Dia berikan kepada kita menjadi kemuliaan bagi nama-Nya. Itu adalah miracle yang besar dari Tuhan. Orang-orang di dalam Kristus tetap akan diberikan anugerah jikalau kita kembali kepada Tuhan. Apapun saja kesalahan saudara dan dosa yang harus ditanggung, akibatnya harus ditanggung. Asal sungguh-sungguh kita bertobat, dan kemudian kita rela menjalani seluruh jalan yang memang karena kesalahan kita, di dalam anugerah yang besar, yang tidak terkatakan, Dia sanggup memutarnya dan akibat dosa menjadi kemuliaan bagi nama Dia.
  2. Salib juga tidak bisa kita lihat dari fenomenanya.
    Seseorang hidupnya miskin bukan karena dia menjalani salib. Apakah harus miskin baru namanya salib, seperti Abraham? Belum tentu. Apa yang terjadi pada Abraham tidak terjadi pada Ayub. Apakah harus ada kematian baru namanya salib? Tidak tentu. Ayub menjalaninya tetapi yang lain tidak. Apakah harus ada turun jabatan baru itu namanya salib? Belum tentu. Mungkin juga bisa naik jabatan tetapi pikul salib di dalamnya. Turun jabatan itu salib siapa? Nehemia. Apakah harus ditolak seperti Yesaya baru namanya salib? Memang kita akan ditolak oleh orang dunia tetapi tidak berarti orang yang memikul salib itu pasti tidak dikenal oleh orang lain dan tidak dihargai oleh orang lain. Apakah harus melayani musuh baru itu adalah pikul salib di dalam pelayanan seperti Yunus. Jawabannya dalah tidak. Apakah itu harus diberikan direct oleh Tuhan seperti Abraham itu: “Engkau keluar dari Ur-Kasdim.” Itu kalimat dari Tuhan. Jawabannya adalah tidak. Ayub mendapatkan salib yang dari Tuhan, kehendak Tuhan terjadi dari second cause of provident. Ada orang jahat yang akhirnya membunuh anak-anaknya. Ada orang lain dan tidak ada kalimat Tuhan di situ. Ketika melihat salib, sebenarnya melihat secara keseluruhan kehidupan manusia. Hidup memikul salib adalah hidup yang selalu disatukan di dalam Kristus.

Hidup memikul salib adalah hidup yang merupakan panggilan kita. Jikalau saya boleh memberikan beberapa hal, maka ketika bicara mengenai salib; maka hal yang pertama itu adalah adanya beban, penderitaan, kesulitan, adanya jalan hidup. Yang kedua, bukan saja jalan hidup beban, kesulitan, penderitaan tetapi diberikan oleh Allah baik secara langsung maupun menggunakan second causes. Hal yang ketiga adalah agar kita dibentuk serupa dengan Kristus. Dan yang keempat adalah: dan melaluinya nama Kristus itu dikenal. Keempat hal ini jika digabungkan menjadi satu menjadi hidup yang dikosongkan agar seluruh kehendak Allah jadi di dalam dan melalui hidup kita untuk menggenapi nama-Nya, untuk nama-Nya dipermuliakan.

Banyak orang menginginkan melalui hidupnya nama Tuhan dipermuliakan tetapi tidak masuk proses di dalam hidupnya. Ketika seseorang disatukan di dalam Kristus, union with Christ, dua hal ini terjadi, pertama adalah pembenaran (justification). Justification, didapat dari event pada masa lampau yaitu Christ died for us, Kristus mati bagi kita. Kita dilepaskan dari kematian kekal. Itu adalah pembenaran (justification). Tetapi aspek kedua, pengudusan (sanctification) kalau saudara-saudara mau mendefinisikannya berdasarkan salib adalah satu jalan hidup sekarang, setiap hari di dalam diri kita untuk kita mati setiap hari. Bagi orang Kristen, salib itu bukan hanya sesuatu tempat subtitusi pada masa yang lalu tetapi satu tempat eksekusi setiap hari, daily execution. Eksekusi terhadap diri kita, menjatuhkan kematian kepada diri kita. Mati terhadap kesombongan diri, mati terhadap rancangan-rancangan masa depan yang kita sendiri create bagi diri kita, mati untuk hidup yang berpusatkan pada diri. Salib akan membentuk hidup kita. Dan ketika itu ada, ketika bentukan itu ada di dalam, maka kemudian kita baru bisa menyatakan kemuliaan Allah di luar. Oswald Chambers menyatakan: Sebenarnya seluruh pengalaman hidup kita dirancang untuk menyanggupkan kita memasuki hubungan terakrab, kesatuan dengan Yesus Kristus dan kesatuan yang terakrab dengan Yesus Kristus adalah jikalau kita rela memikul salib yang disediakan bagi kita. Sekali lagi, ini bukan hal yang mudah. Tetapi tidak ada jalan lain, Alkitab tidak memberikan jalan yang lain. Alkitab tidak memberikan kemungkinan yang lain untuk hidup kita mulia kecuali melalui jalan salib dan tidak mungkin ada jalan yang lain untuk hidup kita mempermuliakan Bapa di Surga tanpa jalan salib.

Satu hal yang hilang di dalam kekristenan adalah berita tentang salib. Dan karena berita tentang salib itu sudah digeser dari mimbar gereja, maka banyak jemaat yang begitu sangat tulus, mereka tidak mengerti dan tidak mengenal apa itu salib yang Tuhan nyatakan di dalam hidup kita sehari-hari untuk kita tanggung setiap hari. Menjadikan kekristenan itu kelihatan sekali Kristen tetapi sebenarnya itu tidak pernah mempengaruhi dunia. Kelihatan besar tetapi sebenarnya intinya itu hilang. Ketika kebesaran itu meletus, itu seperti balon yang di tengah-tengahnya kosong. Dan itu yang sudah mencemari dunia ini, mencemari gereja ini, mencemari gereja di seluruh dunia karena berita tentang salib dan orang-orang yang memikul makin lama makin sedikit.

Mari kita lihat sekarang beberapa ayat penting berkenaan dengan salib Kristus. Lihat Filipi 3:17-19. Paulus menangis untuk hal ini. Orang-orang yang menjadi seteru salib. Ini adalah bicara mengenai gereja. Perhatikan ayat yang ke 19. Kemuliaan dunia, uang dan juga seluruh kemuliaan mereka, pikiran mereka adalah segala sesuatu yang duniawi yang dikhotbahkan, diajarkan di dalam gereja. Paulus mengatakan orang-orang seperti ini adalah seteru salib. Lihat 1 Korintus 1:23. Perhatikan, gereja yang akan terus menerus memberitakan salib dan kita yang mau untuk rela pikul salib, bagi orang-orang Yahudi, orang-orang beragama adalah satu batu sandungan. Bagi orang-orang gentile, orang-orang dunia, adalah sesuatu kebodohan. Saudara harus mengerti; gereja ini adalah gereja yang bodoh. Sungguh. Sebagai hamba Tuhan, saya musti mengatakan sesuatu. Saya tidak dipanggil untuk menyenangkan manusia. Saya tidak dipanggil untuk uang. Saya juga tidak dipanggil untuk masa depan saya itu gilang-gemilang dan dikenal oleh banyak orang. Gereja ini adalah gereja yang bodoh. Dan saudara adalah orang-orang yang bodoh jikalau mengikuti gereja ini. Saudara harus tahu, itu adalah hal yang disediakan Tuhan bagi kita.

Terakhir, lihat Lukas 14:25-26. Ada satu rahasia rohani di dalam hal ini. Perhatikan ayat 33-35. Perhatikan 2 hal ini yang menjadi dasar seluruh pelayanan kita.

  1. Beritakanlah Kristus yang tersalib. Jikalau Anak Manusia itu ditinggikan, Dia akan menarik banyak orang kepada-Nya. Jangan pernah mengganti berita salib untuk membawa banyak jiwa ke dalam gereja. Kita tidak dipanggil untuk membawa orang lain datang kepada kita, tetapi kepada Kristus. Orang lain datang kepada Kristus itu adalah harus dengan salib yang diberitakan. Dan camkan di dalam hati kita seumur hidup, kapanpun dan sampai kapanpun Tuhan memberikan kita untuk pelayanan kepada Dia. Kabarkan salib, percayalah kepada Firman itu dan lihat bagaimana Tuhan akan membangkitkan orang-orang yang bahkan kita tidak pernah duga sebelumnya. Bicarakan Tuhan yang tersalib dan itu adalah kunci pertumbuhan jumlah jemaat yang sejati. Perhatikan ayat yang tadi kita baca. “Barangsiapa yang tidak memikul salib dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Lalu Yesus Kristus menyatakan bagaimana kita harus menghitung harganya. Lalu kemudian yang terakhir itu Dia katakan: “Garam itu memang baik tetapi jika garam menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?” Saya sangat terkejut dengan prinsip ini. Saudara dengarkan baik-baik. Gereja yang menghilangkan salib itu adalah gereja yang sudah jadi tawar. Saya menemukan satu prinsip ini, secara rohani, saudara dan saya mau menjadi garam yang tidak tawar? Kabarkan salib. Maka mari kita rela meskipun sulit, pikul salib.
  2. Belajarlah mengenal Allah yang mulia sehingga kita rela memikul salib kita. Salib itu memang sesuatu yang tidak mudah, tidak enak, menjadikan kita berair mata. Tetapi uniknya di dalam kerelaan, Tuhan sekali lagi, mengubahnya di dalam mujizat-Nya, salib itu menjadi mulia karena kita ketika memikul salib itu menjadi priviledge, hak istimewa yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Salib itu menjadi sesuatu yang mulia. Lihatlah semua orang yang dipakai Tuhan, para misionaris dan bapak-bapak gereja. Mereka itu mulia bukan karena mereka diam saja, saat teduh setiap hari. Tidak. Mereka mulia itu karena mereka memikul salib. Apa yang menjadi saat teduh itu mereka jalankan di jalan. Di dalam perjalanan mereka memikul begitu banyak kesulitan dan aniaya. Tetapi itu menjadi kekuatan. Ketika memikul salib kita sedih, tetapi uniknya Alkitab mengatakan: kalau engkau memikul salib, engkau bisa tersenyum karena itu mulia. Alkitab mengatakan: Kekuatan kita adalah salib Kristus. Paulus menyatakan: Aku tidak mau bermegah selain dari salib Kristus. Dua hal ini sekali lagi, pertama; kabarkan salib. Kedua adalah kenallah Tuhan karena Dia itu begitu mulia dan karena kita makin lama makin melihat kemuliaan. Salib yang kecil itu yang kita tanggung, tidak menjadi sesuatu hal yang hina; menjadi sesuatu hal yang membuat kita mengasihani diri tetapi membuat kita menjadi terhormat, menjadi mulia, menjadi anugerah yang besar karena siapakah kami sehingga kami boleh memiliki salib untuk boleh mempermuliakan nama-Mu. Kiranya kita boleh berbangga di dalam salib Kristus.

THE GLORY OF CHRIST IN UNEXPECTED PLACES (1)

Matius 26: 36-42, Matius 27:45-47

Mari kita melihat bagian Firman di dalam Matius 26: 36-42 dan Matius 27:45-47. Ini adalah peristiwa terpenting sejak bumi diciptakan. Kematian dan kebangkitan Kristus Yesus melampaui seluruh peristiwa yang paling hebat di dunia ini. Kematian dan kebangkitan Kristus lebih penting daripada kejatuhan Roma, lebih penting daripada peristiwa Jengis Khan menguasai seluruh Asia, lebih penting dari penemuan listrik fotografi dan seluruh alat teknologi, dan bahkan lebih penting dari deklarasi hak asasi manusia yang sampai saat ini berusaha untuk terus menerus dipegang. Peristiwa yang terjadi selama tiga hari pada 2000 tahun yang lalu lebih penting daripada seluruh pengajaran agama dan kebudayaan manusia manapun saja. Seluruh penemuan dan kemajuan manusia selalu diikuti oleh satu kata yang kecil ini tetapi mematikan yaitu dosa. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan teknologi, pendidikan dan bahkan oleh agama. Pendidikan mengajarkan kita bagaimana menjadi lebih pandai. Teknologi memampukan kita untuk hidup lebih baik dan agama membuat kita bermoral lebih tinggi tetapi dari seluruh lingkup hidup manusia, tidak ada yang memberikan penebusan. Dosa hanya bisa diselesaikan dengan penebusan bukan dengan agama. Hari ini kita akan mengingatkan satu kalimat penting dari Kristus. Dan kalau Tuhan pimpin maka di dalam beberapa hari ini kita akan melihat kalimat-kalimat dan peristiwa penting dari Kristus yang menyatakan kemuliaan-Nya di tempat-tempat yang tak terduga. Kristus itu begitu mulia. Bersyukur kalau kita boleh melihat kemuliaan-Nya. Tetapi selama 33,5 tahun kemuliaan-Nya itu seakan-akan tertutup tetapi jika Roh Kudus bekerja di dalam hati kita, maka kita akan melihat kemuliaan-Nya yang tidak tertandingi.

Hari ini kita akan memikirkan satu kalimat Kristus di atas kayu salib yaitu “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku”. Ini adalah inti kekristenan. Tanpa itu seluruh kita akan binasa. Ini adalah kalimat yang membuat kita boleh ditebus. Pikirkan bahwa Dia sudah bergantung di atas kayu salib berjam-jam lamanya. Kalimat itu diucapkan di tengah seluruh darah yang mengalir dan keringat yang membanjiri. Seluruh kalimat Kristus adalah kalimat-kalimat yang lirih. Tetapi dari seluruh kalimat-Nya itu ada satu kalimat yang keras, “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku”. Ketika Dia berteriak dan teriakan itu dicatat oleh penulis Injil maka itu adalah teriakan yang harus diperhatikan dan diingat, karena ini adalah jeritan hati-Nya dan tangisan-Nya yang terdalam. Apakah arti teriakan ini? Ketika saudara mengerti teologia, ketika saudara mempelajari satu kalimat demi satu kalimat, maka ini adalah salah satu kalimat yang melampaui pikiran kita, sehingga kita membutuhkan anugerah-Nya untuk dapat mengerti dan mengenal-Nya. Tidak ada teriakan seperti ini dari pendiri agama atau dari semua orang yang menyatakan dirinya suci. Ini adalah teriakan dari Anak Allah yang diutus. Apakah arti teriakan ini?

  1. Ini adalah teriakan penderitaan terbesar karena Kristus ditinggalkan oleh Bapa.
    Saat itu adalah saat ketika Bapa memalingkan muka-Nya dari Kristus, menarik diri-Nya dari Anak. Ini adalah kalimat yang diucapkan karena hati-Nya sangat menderita. Mari kita melihat seluruh penderitaan Kristus dan apa yang terjadi di dalam hidup-Nya. Dia adalah Allah Anak yang mengambil tubuh yang berpetakan teladan budak, yang bisa mati, bisa sakit, satu tubuh yang terbatas. Bukankah itu penderitaan? Jikalau saudara tadinya bebas, kemudian saudara terkena sakit stroke dan kemudian saudara harus terbaring, bukankah saudara akan menangis dan berteriak, “mengapa hidup seperti ini?” Apalagi kalau saudara adalah seorang pemuda, remaja atau eksekutif muda. Ketika saudara terbaring, bukankah saudara juga akan mengeluh dan berteriak kepada Tuhan? Bahkan ketika saudara bertambah tua dan terbatas, bukankah saudara sering sekali menangis ketika mengingat masa muda yang begitu lincah? Dari tidak terbatas menjadi begitu terbatas. Bukankah itu sesuatu penderitaan yang begitu mendalam? Tetapi Kristus tidak berteriak ketika Dia yang tidak terbatas menjadi terbatas. Dia menjalaninya dengan sukacita.

    Perhatikan penderitaan-Nya yang lain. Dia adalah satu pribadi yang suci hidup di tengah-tengah manusia yang berdosa. Jikalau saudara adalah seorang yang sangat menjaga kebersihan dan kemudian saudara harus tinggal dengan seseorang yang luar biasa kotor, apakah yang saudara rasakan? Saudara tidak akan menyukai keadaan saudara. Kristus adalah pribadi yang suci dan tidak berdosa yang hidup di tengah-tengah manusia yang berdosa, namun Dia tiak mengeluh. Di tempat yang lain Dia disalahmengerti, ditentang dan ditolak. Suatu hari dengan cinta kasih-Nya Dia membawa beberapa murid-Nya pergi ke satu tempat untuk bertemu dengan satu orang gila yang dirasuk oleh legion, setan. Setelah itu maka Alkitab mengatakan Dia tidak melayani yang lain, Dia kembali lagi ke tempat-Nya. Itu adalah cinta kasih dari hati Kristus. Mencari walaupun hanya satu orang gila yang dirasuk oleh setan. Dan kemudian setelah Dia menaklukan dan mengusir setan itu, apakah yang terjadi di kampung itu? Apakah mereka berbahagia memuliakan Tuhan? Tidak. Mereka malah mengusir Kristus. Kristus mengusir setan dan semua orang itu mengusir Kristus. Sejak dahulu manusia akan mengusir Kristus demi uang. Kristus selalu ditentang, diusir dan disalah mengerti. Apakah Dia mengeluh dan berteriak? Tidak.

    Lihatlah penderitaan-Nya yang lain. Dia menderita kesakitan di seluruh tubuh-Nya. Tamparan dan cambukan dari para tentara, mahkota duri yang dipaksakan di atas kepala-Nya. Pernahkah saudara melihat Dia mengeluh? Tidak. Dia menderita di seluruh relasi-Nya. Orang-orang terdekat-Nya membuat hati-Nya remuk. Yudas mengkhianati-Nya hanya demi 30 keping perak yang nilainya sama dengan harga seorang budak. Setiap orang yang tidak dilahirbarukan akan menghina Kristus dengan hinaan yang paling rendah. Petrus menyangkal Dia dan bahkan murid-murid-Nya meninggalkan Dia ketika Dia ditangkap dan dipaku di atas kayu salib. Apakah Tuhan kita mengeluh dan berteriak? Tidak pernah. Hati-Nya hancur melihat ibu-Nya menangis. Seorang manusia yang normal tidak akan tahan melihat orang yang mereka kasihi mengalami penderitaan. Kristus melihat hati ibu-Nya hancur karena menyaksikan penderitaan-Nya di atas kayu salib, direndahkan, dipertontonkan dan dipermalukan di hadapan orang banyak. Tetapi Kristus tidak pernah mengeluh.

    Dia tidak pernah mengucapkan satu keluhan kepada Bapa-Nya. Dia menderita dari seluruh jabatan-Nya. Dia adalah Raja, namun sebuah ejekan diletakkan di atas salib-Nya yang tertulis: “Inilah raja orang Yahudi.” Dia diberi jubah dan mahkota duri, dan sebuah buluh pengganti tongkat kerajaan. Mata-Nya ditutup dan kemudian ditampar, lalu kemudian seluruh prajurit mengatakan: “Hai Engkau, sekarang coba terka siapakah yang menampar Engkau? Bukankah Engkau itu nabi? Engkau bisa bernubuat, Engkau dapat mengetahui masa depan, bukankah Engkau tahu siapa yang menampar-Mu?” Dan sebagai Imam, Dia dipenjara dan digantung di atas kayu salib oleh seluruh imam. Dia menderita dalam seluruh jabatan-Nya, Raja, Imam, Nabi. Tetapi tidak pernah Dia mengatakan, “AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Seluruh penderitaan tersebut dianggap-Nya sebagai penderitaan yang kecil. Berbeda dengan kita. Begitu kita merasa sedikit sakit, kita langsung mengeluh kepada Allah. Ketika kita dihina maka kita langsung berteriak kepada Tuhan, begitu kita mengalami ketidakadilan, kita langsung menuntut keadilan. Begitu kita disalahmengerti kita ingin segera membereskannya. Begitu orang yang kita kasihi sakit, maka kita langsung cemas. Kita akan terus menuntut Tuhan. Bagi Kristus, tidak! Alkitab menyatakan, Dia tidak mengatakan apapun juga. Dia biasa menderita kesakitan, Dia memberikan tubuh-Nya untuk dipukul. Tetapi tiba-tiba di atas kayu salib Kristus berteriak, “AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

    Perhatikan penyebab teriakan ini. Bukan karena penderitaan, bukan karena kematian, tetapi karena Allah Bapa memalingkan muka-Nya dari Allah Anak. Ini adalah penderitaan yang Dia takuti ketika di Getsemani, Dia tidak takut mati, Dia tidak takut sakit, Dia tidak takut hati-Nya dihancurkan tetapi Dia takut Bapa itu meninggalkan Dia. Dia adalah Anak Tunggal Bapa yang ada di dalam pangkuan Bapa, yang begitu dekat dengan Allah Bapa. Tetapi ada satu waktu di dalam sejarah di mana kedekatan ini hancur. Bapa yang tadinya terus memandang Anak dan Anak yang terus memandang Bapa, sekarang di dalam satu waktu Allah Bapa memalingkan muka-Nya. Mengapa Allah Bapa memalingkan muka-Nya? Karena dosa. Perhatikan baik-baik, dosa kita di tanggung oleh Kristus dan pada saat itulah, Bapa di surga memalingkan muka-Nya. Ditinggalkan oleh Allah adalah penderitaan yang terbesar.

    Kristus mengajarkan kepada kita satu prinsip yang penting, apapun saja penderitaan manusia, jikalau seluruh penderitaan itu digabung, apapun itu baik fisik, mental, emosional, bahkan ketika ditinggalkan oleh orang-orang yang kita kasihi, semuanya itu digabungkan dan dibandingkan dengan Allah meninggalkan kita, itu persis seperti perbandingan satu tetes air dengan seluruh samudra yang ada. Inilah yang ditakutkan oleh Kristus. Orang itu seakan-akan berkata menjauhlah Allah karena aku tidak peduli jalan-jalan-Mu. Perhatikan ketika Yesus Kristus didatangi oleh orang-orang yang berkata, “Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu? Bukankah kami mengusir setan demi nama-Mu, bukankah kami melayani Engkau?” Yesus Kristus berkata, “menjauhlah dari pada-Ku hai sekalian pembuat kejahatan, Aku tidak mengenal engkau.” Allah yang suci tidak mungkin didekati oleh kita yang berdosa. Penderitaan manusia yang sesungguhnya adalah ketika Tuhan memalingkan muka-Nya dari kita. Pada titik itulah, yaitu ketika Allah meninggalkan seseorang, Dia membiarkan seseorang, Dia tidak menyertai orang itu lagi, maka Alkitab mengatakan, di saat itulah orang itu akan menerima dan mendapatkan seluruh keinginan hatinya. Di titik itu orang itu akan memuaskan seluruh nafsunya tanpa ada yang bisa mengendalikannya.

    Di dalam Alkitab saya sangat terkesima dengan apa yang Paulus katakan di dalam 2 bagian di surat Roma. Bagian pertama di dalam Roma 2, Paulus menyatakan Allah membiarkan orang itu, Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka. Di dalam Roma 2 dikatakan, “aku tidak lagi mau bersetubuh dengan istriku, aku tidak lagi mau bersetubuh dengan suamiku, aku mau bersetubuh dengan sesama jenisku.” Satu kalimat Allah yang begitu sangat menakutkan adalah Allah menyerahkan mereka pada keinginan hati mereka. Bagian yang kedua di dalam Roma 8 adalah sesuatu yang terbalik. Orang ini berada dalam penderitaan, penganiayaan dan pedang. Dia berada dalam pergumulan yang sangat berat tetapi Alkitab mengatakan siapakah yang bisa memisahkan kita dari Kristus? Apakah pedang? Apakah penganiayaan? Apakah itu satu kesakitan? Tidak! Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus. Perhatikan baik-baik, bukankah mereka adalah orang yang berada dalam satu keterbatasan? Kalau saudara dan saya masih memiliki pergumulan, bersyukurlah dan jangan marah kepada Allah di dalam pergumulanmu karena Allah sedang melindungi kita. Karena Dia menyertai kita di dalam pergumulan kita. Sebaliknya, ketika semuanya begitu lancar dan di saat manusia berpikir Allah tidak ada atau mungkin orang Kristen berpikir bahwa ini adalah berkat Tuhan, pada saat yang sama Alkitab mengatakan Allah membiarkan mereka. Pertanyaan kepada hatimu yang terdalam seluruh jemaat, apakah engkau benar-benar melihat Allah itu adalah yang paling mulia di dalam hidupmu? Apakah sumber kebahagiaan kita itu adalah benar-benar Tuhan? Yesus Kristus menyatakan, “AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Teriakan itu muncul karena Dia menderita di dalam dosa manusia, seluruh dosa manusia ditimpakan kepada Dia. Jikalau engkau terus menerus di dalam dosa, Alkitab mengatakan kita akan sulit memandang wajah Allah. Dan kalau engkau sangat menyukai hal itu, maka Alkitab menyatakan orang-orang seperti ini sangat mungkin adalah penunggu dari neraka. Engkau adalah milik neraka, jikalau engkau tidak menghargai Allah.

  2. Ini adalah jeritan ketakutan terdalam karena dimurkai Allah.
    Salib adalah lambang kutukan dan di atas salib, Kristus menerima seluruh murka Allah. Dia meminum cawan murka itu sampai tidak ada yang tersisa. Pada saat Allah meninggalkan Dia, pada saat itulah Allah murka kepada Dia, karena dosa manusia. Perhatikan baik-baik, dosa itu lebih jahat dari penderitaan. Orang Kristen biasanya takut berdosa karena kita takut akan penderitaan yang mengikuti dosa, tetapi kita tidak takut berbuat dosa. Kita harus ingat bahwa dosa lebih jahat dari penderitaan itu sendiri. Satu prinsip kejahatan dari dosa adalah dosa memisahkan Allah dari manusia, tetapi bukan saja memisahkan Allah dan manusia, tetapi membuat manusia menjadi musuh Allah. Di dalam Perjanjian Lama maka kata dosa itu adalah Hamartia yang berarti missed the target. Tetapi di dalam Perjanjian Lama ketika bicara mengenai dosa, ada satu arti lagi yang lain, yaitu tangan yang terancung ke atas, dan itu artinya adalah perlawanan. Ketika saudara berdosa, saudara bukan saja menyakiti dan menyedihkan hati Allah, tetapi ketika kita berdosa, kita mengancungkan tangan kita di hadapan Allah. Dosa adalah perlawanan terbuka kepada pribadi Allah. Dosa adalah tangan yang terancung kepada wajah Allah. Ada cerita yang menyatakan bahwa Stalin, orang komunis yang melakukan begitu banyak pembunuhan, ketika berada dalam sakit yang berat, sebelum dia mati, tidak dapat menerima penyakit yang mengerogoti tubuhnya itu. Di akhir hidupnya, dia berusaha untuk mengangkat tangannya ke atas dan kemudian mengepalkannya kepada langit, ada kemarahan yang dia tunjukkan, kemarahan kepada langit. Kemarahan kepada Tuhan yang dia tidak percayai.

    Apa pengertian dosa bagi kita? Ketika kita melihat kisah penyaliban Kristus kita menangis, kita kasihan kepada Kristus yang menderita. Tetapi Alkitab menyatakan Yesus berkata kepada wanita-wanita yang juga menangis, “Jangan engkau menangis karena Aku, tetapi tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu karena akan tiba masanya orang berkata berbahagialah perempuan yang mandul dan tidak pernah menyusui karena ada tiba masa penghukuman akan dosa.” Ketika kita melihat Kristus dipaku di atas kayu salib kiranya Roh Kudus memutar arah dari air mata kita, bukan karena Dia perlu dikasihani, tetapi karena murka Allah akan ditimpakan kepada kita.

    Apakah kita pernah bertemu dengan Allah? Alkitab mengatakan bahwa Musa orang yang tersuci sekalipun gemetar, bahkan Elia kemudian menutupi mukanya itu dengan gemetar, Yohanes yang tadinya bersandar di dekat bahu Kristus menjadi tersungkur dan mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah. Bahkan orang yang paling suci dan dikasihi oleh Allah pun gemetar ketika bertemu dengan Allah. Kenapa manusia berani berdosa? Saudara-saudara akan bertemu dengan Allah yang murka pada waktunya. Bertobatlah engkau dari dosa, saya menangisi hatimu, karena engkau akan luar biasa binasa dan ketakutan pada hari itu, betapa sering engkau mendengarkan kotbah yang terus menerus menyatakan Allah mencintai, Allah mencintai, lihatlah salib! Tanpa Kristus maka kita binasa, tanpa Kristus maka kita akan hancur. Jonathan Edward ketika bicara berkenaan dengan Kristus yang marah, maka seluruh jemaatnya menjadi sangat takut. Siapa yang tahan melihat Dia, dan siapa yang tahan melihat Dia yang marah, tanpa ada yang melindungi? Perhatikan baik-baik bagi engkau yang belum pernah mendengarkan Kristus, atau engkau yang sudah bergereja dan engkau yang bermain-main dengan dosa. Apa yang sebenarnya terjadi di atas kayu salib?

    “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Allah murka kepada Kristus. Dari kalimat itu muncullah istilah teologis ekspiasi, apakah maknanya? Ekspiasi berarti seseorang yang berusaha untuk melindungi orang lain dari pembunuhan. Saya pernah melihat kejadian sesungguhnya, seorang ayah bersama dengan anaknya yang terjebak di tengah-tengah pertempuran di mana peluru dimuntahkan dari kedua belah pihak. Apakah yang dia lakukan sebagai ayah? Anaknya yang masih kecil itu tidak mungkin bisa lari, tidak ada lagi jalan keluar lagi. Maka ayah tersebut memeluk anaknya dan tubuhnya membungkus anaknya sehingga seluruh peluru menembus tubuhnya dan akhirnya ayah itu mati tetapi anak itu selamat. Itulah salib. Dia membungkus saudara dan saya dari murka Allah yang seharusnya ditimpakan kepada kita, karena dosa yang sudah kita lakukan untuk melawan Allah. Siapa yang bisa melepaskan kita dari murka Allah kecuali Kristus? Dan kalau saudara mengerti hal ini dan kalau Roh Kudus menerangi hati kecilmu, tidakkah engkau begitu menghargai Kristus? Bukankah engkau seharusnya mengasihi Dia yang mengasihi kita? Cinta Kristus keluar dari murka yang ditimpakan kepada kita.

  3. Ini seruan ketaatan yang sempurna pada jalan yang ditetapkan Allah.
    Yesus Kristus adalah Anak Allah yang diutus ke dunia menjalankan kehendak Allah. Dan untuk menjalankan kehendak Allah maka Dia tidak mengambil hak ke-Allahan-Nya. Dia mengambil bentuk manusia yang bisa kita salah mengerti. Tetapi bukan itu saja, Dia kemudian dipaku di atas kayu salib. Yesaya 53 mengatakan ketika itu terjadi supaya kehendak Allah itu dinyatakan. Apakah itu kehendak Allah? Kehendak Allah yang paling ujung adalah termasuk Kristus itu dimurkai dan ditinggalkan oleh Allah. Tanpa salib maka tidak ada pengampunan. Tanpa salib maka tidak ada rekonsiliasi dengan Allah. Tanpa salib maka tidak ada penebusan. Tanpa salib Kristus, agama sebaik apapun saja tidak pernah menghapus dan melindungi engkau dari murka Allah. Tanpa salib tidak ada perdamaian dengan Bapa di surga dan di dalam Yesaya 53 mengatakan tanpa salib maka umur kita tidak berlanjut. Dan ketika Dia melakukan itu maka kehendak Allah terlaksana oleh-Nya. Dan Dia akan melihat keturunannya akan berlanjut umurnya. Seluruh agama mengajarkan bagaimana pengikutnya harus mati untuk pendirinya. Hanya satu agama yang menyatakan pendirinya mati bagi pengikutnya.

“AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Pada saat itu Allah tidak menjawab. Pada saat itu semua orang yang di sana tertegun. Pada saat itu Roh Kudus bekerja diam-diam, memberitakan kalimat ini, dari generasi ke generasi, dan orang yang mengerti akan menjawab, “karena aku Tuhan Yesus, karena aku berdosa”. Kiranya cinta kasih-Nya hadir dalam hidupmu, kiranya murka-Nya diteguhkan dari hidup kita, kiranya belas kasihan-Nya nyata di dalam hidup kita yang hanya satu kali. Jangan mencintai dosa lagi, jangan mempermainkan kekristenan sebagai sebuah agama saja. Bawalah dirimu kepada salib, minta pengampunan dari Kristus dan biarlah kebenaran ini menyinari hati kita dan setiap hari kita boleh hidup makin menghargai Kristus karena salib-Nya adalah alasan kita tetap hidup sekarang dan selama lamanya. Kiranya Tuhan mengasihani kita.

^